Home » Berita » Musyawarah HIPPA: Alot namun Berbobot

Musyawarah HIPPA: Alot namun Berbobot

Oleh

Desa Mojosari

Musyawarah HIPPA Desa Mojosari

Mojosari-bjn.desa.id. Petani Desa Mojosari yang tergabung dalam organisasi Himpunan Petani Pengguna Air atau HIPPA telah melakukan musyawarah di Pendopo Balai Desa Mojosari pada Selasa siang kemarin (10/04/2018). Acara tersebut difasilitasi oleh Pemerintah Desa Mojosari, dengan mengikutsertakan Babinsa, BPD, serta segenap perwakilan tokoh masyarakat dan ketua RT. Adapun agenda yang dibahas dalam musyawarah tersebut adalah evaluasi kinerja HIPPA dan curah gagasan terkait kinerja HIPPA pada masa mendatang.

Suwito M. (40), Kepala Desa Mojosari dalam sambutannya ketika membuka acara musyawarah mengingatkan bahwa “HIPPA sebagai penanggung jawab pengelolaan air bagi lahan persawahan warga Desa Mojosari harus proaktif serta melakukan pendekatan yang bersifat persuasif serta bekerja dengan profesionalisme yang tinggi guna kelancaran distribusi air. Segala bentuk keluhan masyarakat harus ditanggapi dengan kepala dingin, dan tidak emosional.”. Tegas Kades muda yang telah menjabat selama dua periode ini. Setelah sambutan Kepala Desa, dilanjutkan dengan Laporan Pertanggungjawaban HIPPA yang disampaikan oleh M. Mansyur (31) selaku bendahara HIPPA Desa Mojosari.

Acara dilanjutkan dengan penyampaian M. Soleh (40) ketua HIPPA Mojosari. Dalam pemaparannya M. Sholeh mengatakan bahwa pihaknya telah bekerja semaksimal mungkin demi kelancaran distribusi air. Namun terkadang permasalahan muncul dilapangan terkait suara-suara miring yang dialamatkan terkait kinerjanya. Diungkapkan M. Sholeh bahwa warga anggota HIPPA kerapkali mengeluhkan kinerja pengurus jika air untuk mengairi lahan persawahan datang terlambat dan beberapa petani melakukan upaya-upaya penggunaan air HIPPA secara sepihak tanpa mempertimbangkan kepentingan petani lain. Hal inilah yang mengganggu kinerja HIPPA, sehingga pekerjaan HIPPA tidak bisa optimal di lapangan. Merasa kinerjanya kurang ditanggapi positif oleh petani, kemudian pengurus HIPPA pun melakukan pengehntian distribusi air. Hal ini menyebabkan beberapa petani tidak terima dan menyarankan agar tata kelola HIPPA diperbaiki dan diadakan reorganisasi saja jika dirasa pengurus HIPPA yang lama merasa keberatan menjalankan tugasnya. Silang siur pendapat antara pengurus HIPPA dan petani ini menyebabkan musyawarah berjalan dalam tensi tinggi.

Forum didinginkan dengan jawaban Kepala Desa yakni dengan jalan perbaikan tatakelola HIPPA serta reorganisasi, agar roda organisasi HIPPA tetap berjalan dengan efektif. Namun, untuk melindungi dan mengamankan pekerjaan HIPPA, maka dalam teknis penyelesaian masalah di lapangan akan dibantu oleh unsur perangkat desa sebagai penengah dan pelindung masyarakat pengguna air. Satu hal penting lagi yang diputuskan adalah honorarium HIPPA yang ditingkatkan dari semula Rp. 80.000,-  dalam satu hari atau satu malam, menjadi Rp. 90.000,-.

Forum diakhiri dengan reorganisasi HIPPA yang menghasilkan terpilihnya empat orang pengurus HIPPA yang baru, yakni Tiono (40) dan Juri (42) dari Dusun Pejok, serta Supadi (55) dari Dusun Kedungtemu, dengan tetap melibatkan M. Sholeh sebagai pengurus lama, yang dipertahankan sebagai pengurus baru. Segera Suwito M. Selaku Kepala Desa memerintahkan agar pengurus HIPPA yang baru ini setelah musyawarah siang tersebut sesegera mungkin langsung bekerja mengalirkan air untuk mengairi lahan pertanian warga. Hal ini untuk mendukung keberhasilan panen padi pada musim tanam kedua ini.

Selepas musyawarah saat ditemui awak Webdesa Kepala Desa menyatakan kepuasannya dengan jalannya musyawarah dan keputusan yang dihasilkan siang ini. “Alhamdulillah, berjalan lancar. Banyak yang usul. Membuktikan bahwa masyarakat peduli dan terus memantau efektifitas kinerja pengurus HIPPA. Semoga menghasilkan (pengurus.red) yang tanggap dan berbobot”, pungkasnya. (Chatur/Webdesa).

 

 

 

Share:

Tinggalkan komentar