Home » Berita » Perempuan lebih berdaya dengan Sekolah Ibu Produktif

Perempuan lebih berdaya dengan Sekolah Ibu Produktif

Oleh

Desa Mojosari

mojosari-bjn.desa. Dewi Verawati (28) nampak antusias menyimak langkah-langkah membuat bros dari kain perca yang disampaikan oleh Lailatul Fitria (26) pemateri sekaligus tetangganya di Dusun Kedungtemu, Desa Mojosari. Tiada tergurat rasa lelah dan jenuh diwajahnya. Hari ini adalah kelas Senin Terampil di Sekolah Ibu Produktif Desa Mojosari, Kepohbaru, Bojonegoro. Sebagaimana puluhan peserta lain yang kebanyakan adalah ibu-ibu dari Desa ini, sudah beberapa kali Ia mengikuti kelas ini. Namun semangat belajar ilmu-ilmu baru menjadi pemicu bagi dirinya untuk tidak absen mengikuti “Sekolah” ini dari hari-ke hari, selama Ramadhan. Yah, namanya sih Sekolah, memang terkesan semacam pendidikan formal. Namun pada kenyataannya sama sekali bukan lembaga pendidikan formal. Sekolah yang dikhususkan untuk ibu-ibu dan remaja putri ini bisa diikuti siapa saja yang memiliki semangat untuk belajar dan lebih bermanfaat bagi keluarga dan lingkungannya, tanpa perlu mendaftar dulu. Asal berjenis kelamin perempuan.

Komunitas kegiatan yang diberi nama Sekolah Ibu Produktif (SIP) ini diselenggarakan sejak awal ramadhan (Mei) 2018. Kegiatannya berkonsentrasi pada menyelenggarakan kegiatan yang positif dan produktif bagi kaum hawa Desa Mojosari. Kurikulum dibuat sesederhana mungkin. Menyesuaikan 5 hari efektif dalam satu minggu. Adapun mata pelajarannya adalah sebagai berikut:  keterampilan dan kerajinan tangan tangan untuk hari Senin, Kuliner di hari Selasa, kesehatan keluarga untuk hari Rabu, Serba-Serbi pengetahuan untuk hari Kamis dan pelajaran Agama Islam diberikan pada hari Jum’at. Sehingga para peserta tidak merasa terbebani dan enjoy untuk bergabung di Sekolah ini. Guru atau Pemateri di kelas ini pun bisa berganti-ganti, dari guru agama, petugas kesehatan dan juga berasal dari anggota yang memiliki keahlian tertentu.

Saat diwawancarai pewarta Webdesa, Dimiyati (35) salah seorang peserta mengaku senang dengan adanya sekolah ibu produktif ini. “Saya senang sekali mengikuti kegiatan ini, sangat bermanfaat dan menambah ilmu yang bermanfaat bagi saya. Semula saya belum tahu cara membuat kerajinan bunga dari plastik kresek, Alhamdulillah setelah diajari sekarang saya bisa. Ujarnya berbinar. Kuliner juga merupakan mata pelajaran yang dinanti-nanti oleh para peserta. Sutami (35) misalnya, dengan bersemangat ia membagi ilmu langkah-langkah membuat berbagai kudapan dan kue yang dikuasainya, yakni dadar gulung, bolu kukus, hingga nugget dari ikan dan daging ayam. “Semula saya mengira bahwa para Ibu peserta sudah bisa semua, lha kok banyak juga yang belum bisa. Padahal resep kue-kue yang saya sampaikan sangat simpel dan mudah dipraktikkan didapur. Ya akhirnya pada semangat deh belajarnya!”. Sambungnya.

Ditemui disela-sela pertemuan Sekolah Ibu Produktif Miftahul Khoiroh (31) sang inisiator Sekolah Ibu Produktif ini menuturkan bahwa Sekolah Ibu Produktif ini lahir dari keresahannya saat melihat banyak ibu-ibu disekitar lingkungan rumahnya yang tidak memiliki kegiatan setelah memasak, apalagi di bulan puasa. Pada pagi hari para ibu disini biasanya kurang memaksimalkan waktunya untuk hal yang lebih produktif. Berawal dari ilmu yang dia dapat dari Institut Ibu Profesional yang diikutinya secara online, Miftahul Khoiroh pun menginginkan adanya sebuah lembaga nonformal yang bermanfaat bagi ibu-ibu dan remaja putri di lingkungannya.

Saat ditanya langkah kedepan terkait sekolah yang diinisiasinya ini, Ibu satu anak yang juga merupakan mantan pengajar pesantren ini berharap bahwa Kegiatan sekolah ibu poroduktif ini terus berlanjut, hingga para ibu dapat memiliki keberdayaan secara sosial dan ekonomi. Sehingga dapat membantu para suami memenuhi kebutuhan rumah tangganya. “Kalau bisa maunya para ibu ini selain belajar ilmu rumah tangga sekaligus juga belajar membuat kerajinan dan makanan yang dapat dipasarkan disekitar Kabupaten Bojonegoro, semacam oleh-oleh khas daerah. Sehingga dapat menghasilkan income dan mengangkat kemampuan ekonomi keluarganya”. Pungkasnya.

Kegiatan Sekolah Ibu Profesional ini juga disambut baik oleh Pemerintah Desa setempat, dengan menjalin kerjasama dengan Ibu-Ibu PKK untuk mengelola kegiatan. Sehingga dengan saling mengisi, maka kesulitan yang timbul seperti penyusunan kurikulum dan pemateri dapat teratasi. Saat ditemui pewarta webdesa, Ketua Tim Penggerak PKK Desa Mojosari, Titik Puspitawati (37)  mengatakan, “Saya mendukung kegiatan ini, karena positif dan berdampak nyata bagi para Ibu”. Perempuan yang juga merupakan Bidan Desa Mojosari ini juga berkenan ketika didaulat untuk menjadi pemateri kesehatan di sekolah ibu produktif dan bahkan memberi gimmick berupa hadiah bagi ibu-ibu yang aktif mengikuti kegiatan SIP ini.)*(Chatur/WebDesa)

Share:

Tinggalkan komentar